home PBNU home IPNU home GP-ANSOR home MUI

Rabu, 07 November 2012

IPNU-IPPNU Gelar Kongres 30 November di Palembang


JAKARTA, (PRLM).- Kongres XVII Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Kongres XVI Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) akan diselenggarakan di Asrama Haji Palembang, Sumatera Selatan, pada 30 November - 4 Desember 2012, mengangkat tema Pendidikan untuk Kemandirian Bangsa, dan juga akan memilih Ketua IPNU yang baru periode 2012-2015. Diangkatnya tema tersebut, kerena kemandirian sangatlah dibutuhkan oleh bangsa ini ditengah keterpurukan, kondisi kita di hampir semua level kehdupan. Salah satu faktor utama adalah tidak adanya independensi mengelola nasib bangsa sendiri, ” kata Nurudin, Ketua Panitia Kongres IPNU XVII di Jakarta, Senin (29/10). Kongres XVII IPNU bersama IPPNU tersebut akan menghelat beragam acara, diantaranya seminar-seminar disela-sela acara internal, bazar pendidikan, Jambore Pelajar-Santri Nusantara dan Apel Akbar CBP IPNU se-Indonesia, Pengajian “Islam Itu Indah” bersama KH Hasyim Muzadi dan Ust M Nur Maulana, serta berbagai kegiatan pendidikan dan keagaman lainnya". Dalam beragam acara tersebut, selain mengundang presiden dan wakil presiden, panitia juga mengundang para elit pemimpin bangsa ini dari berbagai kalangan. Bahkan panitia juga akan mendatangkan Menteri Pendidikan Singapura, Mr. Isywaran,” tambah Nurudin. Nurudin berharap, Kongres IPNU dan IPPNU ini menjadi penyampai pesan bahwa pendidikan di Tanah Air yang masih memprihatinkan dan membutuhkan perhatian yang lebih serius. Akses pendidikan dinilai belum merata ke semua kalangan dan hasil dicapai belum mendukung pembangunan karakter bagi pelajarnya. “Problem pendidikan dan pelajar seperti fenomena kekerasan pelajar, pergaulan bebas, penyalahgunan Narkoba dan berbagai kasus ketidakjujuran dalam menjawab soal UAN menjadi sisi lain tak terpisahkan dari ironi pendidikan nasional kita. Kami berharap Kongres IPNU ini juga menghasilkan rekomendasi mendorong pemerintah menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut,” tegas Nurudin. Keterpurukan pendidikan saat ini lanjut Nurudin, tampak dari laporan United Nation Development Program (UNDP) tentang indek pembangunan manusia (Human Development Index/HDI) tahun 2011 memosisikan Indonesia pada peringkat ke 124 dari 187 negara. Posisi tersebut merosot dari posisi sebelumnya di peringkat 108 pada tahun 2010. Dibandingkan beberapa negara tetangga di ASEAN, Indonesia masih sangat jauh ketinggalan. Dalam mempersiapkan suskesnya acara kongres, IPNU telah menyelenggarakan acara prakongres, antara lain, Pembentukan Kader Antinarkoba di Bogor, Workshop Prakongres IPNU XVII di Bandung, dan Diklatsusnas Tanggap Bencana Corp Brigade Pembangunan (CBP) IPNU di Mojokerto. Sebagai ajang konsolidasi, evaluasi, dan penguatan peran organisasi di bidang pendidikan dan keagamaan dalam konteks keumatan dan kebangsaan, Kongres IPNU akan mampu merumuskan agenda progresif organisasi tiga tahun ke depan, serta jalannya suksesi kepengurusan periode 2012-2015.

Rabu, 24 Oktober 2012

Peran Perguruan Tinggi dalam Memantapkan Pancasila sebagai Falsafah dan Ideologi Negara


Indonesia merupakan negara yang besar terdiri dari ribuan kepulauaan yang terpencar sepanjang Nusantara, itupun diperkaya dengan suku, bahasa, agama dan budaya yang sangat beraneka ragam. Meskipun kita ini beraneka ragam tetapi bangsa ini juga dibekali dengan falsafah pemersatunya yaitu Pancasila, yang terbukti mampu menyatukan bangsa bhineka atau majemuk ini di tengah badai disintegrasi yang sering dihadapi bangsa ini. Tidak semua bangsa memiliki falsafah dalam berbangsa dan bernegara seperti Indonesia. Falsafah ini begitu mendasar dan komprehensif, sehingga kemudian bisa dikukuhkan sebagai dasar dan ideologi negara. Indonesia mampu melahirkan ideologi tesendiri di tengah kuatnya dominasi ideologi Marxisme-Komunisme dan Kapitalisme-Imperialisme yang berkembang saat itu. Ini merupakan prestasi bangsa yang sangat berharga. Bangsa lain menaruh hormat dan segan pada kita, karena mampu membangun prestasi besar ini. Tetapi banyak di anatara kita sendiri yang tidak bisa menghargai prestasi ini, sehingga Pancasila disia-siakan, dianggap tidak relevan kemudian ditinggalkan. Sementara banyak bangsa lain iri hati dengan kita yang memiliki Pancasila, ada yang ingin belajar dengan sungguh-sungguh. Tetapi ada yang ingin melenyapkannya secara diam-diam menggantinya dengan ideologi lain. Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan Pancasila akan diambil dan diadopsi bangsa lain menjadi falsafah hidup mereka, dan ada pula yang berusaha menghancurkannya. Di sinilah kita perlu bersikap dan sekaligus bertindak memelihara dan menyelamatkan falsafah bangsa dan ideologi negara ini yaitu Pancasila. Saat ini Pancasila mulai digerogoti oleh ideologi lain baik dari kalangan Islam radikal maupun dari kelompok liberal. Keduanya manawarkan ideloginya sendiri baik ideologi Islam maupun ideologi liberal kapitalistik. Mereka berusaha pelan-pelan agar Pancasila tersingkir dari sistem politik, ekonomi dan budaya kita. Hal itu terbukti bahwa saat ini banyak undang-undang tidak lagi merujuk pada nilai-nilai Pancasila. Di sini kita perlu membangun kekuatan baru untuk menegaskan kembali Pancasila baik sebagai falsafah bangsa maupun sebagai ideologi negara. Sebagaimana kekayaan nasional yang lain, Pancasila perlu dibentengi, dipelihara dan diselamatkan dan dikembangkan agar terus relevan, sebagai pegangan hidup bersama. Benteng Pancasila Pancasila sebagai kekayaan bangsa yang sangat berharga dan terbukti sangat relevan dalam menyatukan dan menjadi pegangan bagi bangsa ini. Karena itu ideologi negara ini perlu dijaga digali kembali maknanya dan dikembangkan. Lembaga negara tentunya paling bertanggung jawab untuk hal ini, tetapi dalam kenyataannya saat ini lembaga negara belum cukup peduli dengan masalah ini, maka perguruan tinggi harus berdiri di depan, begitu pula ormas-ormas yang ada seperti Nahdlatul Ulama (NU) yang selama ini sudah gigih mempertahankan dan mengembangkan Pancasila. Sebagai perguruan tinggi yang menyandang nama besar Pancasila, maka Universitas Pancasila sesuai dengan namanya dan tujuan didirikannya, tentu saja paling bertanggung jawab dalam melestarikan, menyelamatkan, menggali dan mengembangkan Pancasila, agar universitas ini tidak mengalami ironi seperti universitas yang lain. Banyak universitas yang namannyya menggunakan nama tokoh bersejarah seperti nama-nama Walisongo, tetapi tidak memiliki kajian yang mendalam tentang wali yang bersangkutan misalnya kajian terhadap strategi budaya Sunan Kalijaga, Sunan Ampel dan sebagainya. Begitu juga Universitas Gadjah Mada belum memiliki kajian yang mendalam tentang sistem ketatanegaraan yang dibangun oleh tokoh besar di zaman Majapahit tersebut. Begitu pula Universitas Diponegoro juga belum memiliki kajian terhadap sistem dan strategi pertahanan Diponegoro, justeru buku tentang Diponegoro ditulis oleh sarjana lain bahkan bangsa lain. Ini dialami oleh hampir seluruh universitas yang menggunakan nama tokoh nasional. Untuk itu jangan sampai Universitas pancasila menambah ironi-ironi semacam ini, namanya Universitas Pancasila tapi belum menjadi Pusat kajian Pancasila. Buku Negara Pancasila tulisan Dr. KH. As’ad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU itu mestinya mendapat apresiasi serius dari Universitas ini, karena ini merupakan kajian Pancasila pasca Orde Baru, dengan cara pandang baru sesuai dengan era keterbukaan pasca reformasi. Pancasila sebuah konsep yang dirumuskan secara singkat dan padat tetapi serba melingkupi, karena itu mudah diterima oleh semua pihak. Kalangan agama terutama NU memandang bahwa pancasila sejalan dengan ajaran Islam sebagaimana ditegaskan dalam Munas NU tahun 1983 bahwa Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara Republik Indonesia mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan Islam. Ditegaskan pula bahwa penerimaan dan Pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya Umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya. Karena itulah bahwa Penerimaan NU terhadap Pancasila itu tidak bersifat politis dan teknis, tetapi lebih bersifat syar’i. Begitu juga agama yang lain menerima Pancasila karena sejalan dan tidak bertentangan dengan keyakinan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila memiliki relevansi bagi kehidupan bangsa ini, pertama relevansi religius, yaitu sejalan dengan agama yang ada di Indonesia. Kedua memiliki relevansi filosofis, yaitu merupakan sumber tata-nilai dalam menjalin hubungan antar manusia. Ketiga memiliki relevansi politik, yaitu berfungsi sebagai faktor integratif yang mampu menyatukan bangsa yang berbeda aliran dan ideologi politiknya. Nilai-nilai dasar Pancasila baik yang bersifat religius, nilai filosofis dan nilai politis, serta budaya itu yang perlu terus dikaji dan dikembangkan. Dan kalangan universitas-lah yang mestinya serius melakukan kajian yang mendalam seperti itu. Dengan demikian Pancasila akan menjadi falsafah hidup yang menarik bagi generasi muda dan sekaligus sebagai ideologi politik yang benar-benar operasional, sehingga terlaksana dalam kehidupan nyata. Selain itu banyak hal-hal yang perlu dikaji mulai dari sejarah kelahiran Pancasila itu sendiri, hingga upaya penggalian maknanya serta strategi penerapannya. Beberapa Langkah Penting Penegasan Pancasila sebagai falsafah dan ideologi ini juga merupakan penegasan untuk menjaga semangat Bhineka Tunggal Ika bangsa ini. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu ditegaskan kembali bahwa: Untuk menjaga posisi Pancasila sebagai dasar dan falsasah negara yang merupakan sumber hukum tertinggi, maka segala bentuk hukum dan perundang-undangan yang ada di Republik Indonesia baik UUD 1945 ataupun undang-undang lainnya haruslah merujuk pada Pancasila. Segala bentuk hukum yang tidak sejalan dengan Pancasila apalagi bertentangan, harus dinyatakan batal demi hukum itu sendiri. Saat ini banyak hukum dan Undang-undang yang bertentangan dengan Pancasila karena itu harus segera direview karena ini jelas-jelas telah merugikan negara dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Padahal jelas tujuan Pancasila adalah untuk menciptakan persatuan, gotong royong serta Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Dengan penegasan ini diharapkan Pancasila ditempatkan kembali pada posisinya semula yaitu: sebagai dasar dan ideologi negara serta falsafat bagi seluruh masyarakat dan bangsa, sehingga akan melahirkan masyarakat Pancasila yang hidup guyub, gotong royong, bersatu padu dalam membangun bangsa Inddonesia. Sistem hidup kekeluargaan sebagaimana diajarkan dalam Pancasila itulah yang semestinya diterapkan saat ini untuk mengembalikan solidaritsa sosial dan untuk menghindarkan terjadinya berbagai konflik kepentingan yang berkembang di masyarakat kita dewasa ini. Jaminan kerukunan sosial dan keamanan nasional merupakan prasyarat bagi terwujudnya masyarakat Adil dan Makmur yang dicitaa-citakan Pancasila. Ini merupakan agenda besar yang harus dipikirkan dan dipikul oleh segenap bangsa ini. Karena itu dalam Munas NU di Cirebon bulan September 2012 baru-baru ini mengajak bangsa ini agar Kembali Ke Khittah Indonesia 1945, yaitu kembali pada semangat Proklamasi membangun negara yang merdeka dan Berdaulat. Kembali pada nilai-nilai Luhur Pancasila dan kembali pada amanat Mukadimah UUD 1945. Hal itu perlu ditegaskan kembali karena bangsa mengalami keterpurukan dan kehilangan jati diri ketika jauh meningalkan semangat Proklamasi dan tujuan didirikannya negeri ini, menyimpang dari falsafah Pancasila dan mengingkari amanat Mukadimah UUD 1945. Sebagaimana sering saya tegaskan bahwa Pancasila tidak boleh hanya dipahami secara politik atau secara instrumental, sebagai alat pemersatu bangsa belaka. Tetapi lebih dari itu Pancasila harus dipahami secara substantif yaitu sebagai sumber tata nila, yang merupakan falsafah dalam berbangsa dan bernegara, sehingga perlu terus-menerus dihayati dan dirujuk dalam setiap menata kehidupan. Dengan pendirian semacam itu, walaupun banyaknya Konvensi Internasional, baik yang sudah diratifikasi maupun belum diratifikasi oleh Pemerintah RI, sama sekali tidak boleh menggeser sedikitpun kedudukan Pancasila sebagai sumber tertinggi hukum dan tatanilai bangsa Indonesia. Perlu diperhatikan juga bahwa ikhtilaf atau polemik mengenai hari lahir Pancasila yang sengaja dimunculkan kembali belakangan ini harus segera diatasi melalui kajian sejarah yang komprehensif. Bagaimanapun Pemunculan ikhtilaf ini, sangat membahayakan keberadaan dan kewibawaan Pancasila. Para Pimpinan Lembaga Tinggi Negara terutama pemerintah harus tegas menetapkan bahwa Pancasila lahir 1 Juni 1945. Ini dinyatakan oleh Penggalinya sendiri yaiutu Bung Karno, dan diakui oleh Penggali yang lain yaitu Mr. Muhammad Yamin serta dibenarkan Para Ulama seperti KH Wahab Hasbullah dan KH Saifuddin Zuhri. Dengan penegasan ini diharapkan tidak akan terjadi penggeseran terhadap sejarah dan status Pancasila sebagai dasar negara Republik Indponesia. Sebagai langkah penting untuk membentengi Pancasila sebagai keputusan yang telah ditetapakan oleh para pendiri bangsa ini yang mewakili seluruh elemen masyarakat, elemen agama dan elemen golongan, bahwa Pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam bernegara. Dengan demikian, maka siapa saja dan organisasi apa saja yang terang-terangan bertentangan apalagi melawan ideologi Pancasila haruslah ditetapkan sebagai organisasi kriminal bahkan subversif yang tidak boleh leluasa mengembangkan ajarannya di negara Pancasila ini. Sebagai langakah mendasar yang perlu dilalui adalah mengajarkan Pancasila baik di sekolah maupun organaisai sejak mulai usia dini. Karena Pancasila merupakan falasafah hidup yang mengajarkan dan memberi tuntunan tentang pergaulan hidup sehari-hari yang penuh teposeliro, tolong menolong dan saling menghargai. Falsafah hidup ini yang perlu ditanamkan sejak dini, karena ini merupakan ajaran leluhur bangsa ini, sehingga mudah diterima dan bisa diinternalisasi menjadi kesadaran yanag melekat pada setiap orang. Penutup Kajian yanag serius dan mendalam terhadap pancasila perlu dilakukan oleh perguruan tinggi, agar kajian yang dilakukan memiliki kwalifikasi ilmiah sebagaimana yang banyak dituntut saat ini, sehingga bisa dibandingkan dengan teori ilmiah yang lain. Langkah kretif yang sudah dirintis oleh Prof Mubyarto dari UGM dalam memperkenalkan sistem ekonomi Pancasila perlu diteruskan oleh universitas yang lain, terutama Universitas Pancasila. Saat ini sangat diperlukan adanya rumusan yang komprehensif mengenai sistem politik Pancasila atau rumusan dasar tentang demokrasi Pancasila, atau rumusan tentang sistem kebudayaan Pancasila dan seterusnya. Sebagai pendukung Pancasila, maka NU siap membantu pikiran dan tenaga pada Universitas Pancasila untuk melakuakan kajian Pancasila, karena NU telah memiliki banyak ulama dan sarjana yang serius mengkaji Pancasila secara sukarela. Kenapa Marxisme begitu luas dikaji dan dijadikan sebagai pisau analisa membedah situasi. Kenapa sistem liberalisme-kapitalisme begitu mendalam mempengaruhi para intelektual dan politisi serta aktivis kita. Tidak lain karena ajaran dan ideologi mereka dirumuskan secara ilmiah dan diturunkan menjadi strategi dan teknik secara operasional. Maka falsafah pancasila ini juga perlu mendapatkan kajian yang sama sehingga bisa dirumuskan menjadi teori ilmiah yang valid dan meyakinkan sehingga layak dijadikan rujukan bahkan pegangan. Semuanya ini tugas besar yang menunggu sentuhan para ilmuwan di perguruan tinggi seperti universitas yang menyandang nama besar yaitu Universitas Pancasila ini.

Rabu, 17 Oktober 2012

Awas! Buku Radikal Pelintir Ayat Al-Qur'an

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah mengungkapkan, saat ini beredar buku-buku beraliran radikal yang tersebar bebas di tengah masyarakat baik berbahasa Arab atau bahasa Indonesia. Ada buku Al-jihadu Sabiluna karangan Syaikh Abdul Baqi Ramdun, buku Fi Tarbiyyah al-Hihadiyyah wal-Bina karya Syaikh Abdullah Azzam, dan buku-buku yang ditulis Syaikh Taqiyyuddin An-Nabhani dan lainnya. Dalam satu kegiatan yang diselenggarakan bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNNPT) di Semarang 11-12 Oktober lalu, Ketua PWNU Jawa Tengah Muhammad Adnan mengungkapkan, buku-buku yang mengajarkan terorisme itu biasanya berisi pemelintiran atas ayat-ayat Al-Qur'an maupun tafsirannya. Ayat-ayat tentang jihad yang turun di Mekkah dianggap telah di-nasakh (dihapus hukumnya) dengan ayat yang turun di Madinah. Kaum radikal yang mengklaim gelar syaikh dalam bukunya, lanjut dia, menganggap periode Madinah adalah masa perang. Mereka menganggap ayat yang turun di masa Nabi tinggal di Mekah tidak berlaku lagi. Contoh ayat yang dipelintir adalah surat Al-Hajj ayat 39 dan Surat Al-Baqoeoh ayat 191-192. Ketiga ayat tersebut dimaknai perintah untuk menyerang kepada kaum kafir sekalipun kaum muslim tidak diserang lebih dulu. Tak lagi fase difa’ atau defensif. ”Para penulis buku radikal memelintir ayat dan tafsiran Al-Qur'an secara ngawur. Mereka menganggap ayat yang turun di Madinah menghapus ayat yang turun di Makkah. Jihad menurut mereka hanya satu, yaitu perang dan menyerang musuh meskipun tidak diserang duluan,” terangnya. Adnan bahkan menemukan, kaum radikalis senang sekali mendakwa bahwa Hadis Rasulullah tentang jihad akbar melawan hawa nafsu sebagai hadis mardud alias tertolak. Lalu menganggap para ahli fiqih sebagai pembuat khayalan dalam pemetaan negara. ”Selain memelintir ayat Al-Qur'an, mereka juga menilai hadis menurut nafsu mereka sendiri. Ada hadis yang mereka tolak, hadis jihad akbar melawan hawa nafsu mereka anggap sebagai ajaran untuk memasung dakwah Islam,” sambungnya. Menurut Adnan, jihad adalah bahasa Al-Qur’an, maka hanya Al-Qur'an yang tahu maknanya. Namun Allah melalui Rasul-Nya telah memberitahu umatnya, bahwa jihad itu banyak terapannya, termasuk menanamkan aqidah, mendirikan sholat, membayar zakat dan sabar dalam menghadapi musibah. Lalu jihad paling besar adalah melawan hawa nafsu. Sedangkan perang adalah sistem pembelaan diri dan itupun disebut Rasul sebagai jihad kecil. ”Perang hanyalah salah satu bentuk jihad, yang jika dilakukan harus memenuhi ketentuan syariat. Tidak asal menyerang dan ngawur. Lagi pula, ayat tentang jihad dalam pengertian perang, baru turun pada tahun kedua hijriyah pada surat Al-Baqorah 193 dan dipertegas dalam Al-Hajj 40. Jadi kita harus menyampaikan pengertian ini kepada anak-anak kita. Setidaknya agar teroris tidak merebuat isi pikiran generasi kita,” tegas dia. Qital; peperangan, harb atau ghozwah; perang, lanjutnya, jelas berbeda dengan penyerangan, perusakan, dan teror. Apalagi ditujukan kepada tempat ibadah dan menimbulkan korban yang tidak terkait dengan target yang diserang. ”Jangan biarkan teroris, kaum radikal dan orang bodoh mendistorsi atau menyelewengkan ayat Al-Qur'an dan hadis Rasulullah. Teks-teks suci itu jika dimaknai dan ditafsiri secara ngawur, akan merusak ajaran Islam dan menghancurkan agama kita ini,” pungkasnya. Selain Adnan, pembicara lain dalam forum itu antara lain Abu Hafsin Umar, Asisten Direktur Program Pascasarjana IAIN Walisongo yang juga ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Jawa Tengah, dan Direktur Deradikalisasi BNPT Prof Dr Irfan Idris.

Kamis, 09 Agustus 2012

Senin, 09 Juli 2012

GP Ansor Umumkan Nominator Anugerah Wirasantri Mandiri

 
Jakarta, NU Online
Panitia Lomba Anugerah Wirasantri Mandiri 2012, menetapkan nama peserta Lomba Penulisan Kreatif Wirausaha. Dewan juri telah menyeleksi para pendaftar.
Dewan juri memisahkan mereka berdasarkan empat kategori yang diperlombakan. Empat kategori itu adalah Industri Kreatif (IK), Jasa dan Perdagangan (JP), Pengolahan Pangan (PP), dan Pertanian, Perikanan, serta Peternakan (PPP).
Nominator kategori Industri Kreatif (IK) sebagai berikut:
1.Ning Mujiati dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
2. Septi Indriani Ningsih dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
3. Erin Setyowati dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
4. Imas Amalia Hartina dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
5. Silfianatus Solichah Azizah dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
6. Dewi Fatimatuz Zahro dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
7. Izzah Khoiri dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
8. Nuzul Nugraheni dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
9. Fita Nurul Istiqlaliyah dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
10. Fitriana Rifa’atin dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
11. Nur Lailatun Ni’mah dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
12. Dewi Setiawati dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
13. Ummi Azizah dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
14. Zulfa Imro’atus Sholihah dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
15. Imam Sibaweh dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
16. Irwan Setiawan dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.
17. Lukman Arifin dari PP. Raudlatul Ulum, Guyangan, Trangkil, Pati, Jateng.

Sementara nominator Jasa dan Perdagangan (JP) adalah:
1. Ummi Nabila Azaria dari PP. Darul ‘Ulum, Peterongan, Jombang, Jatim.
2. Hadi Nur Rohman dari PP. Nurul Ummah, Kotagede, Yogyakarta.
3. Irawan Fuadi dari PP. Nurul Ummah, Kotagede, Yogyakarta.
4. Erva Yuly Rakhmawanti dari PP. Almunawwir Putri, Krapyak, Yogyakarta.
5. Mas‘ud dari PP Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
6. M. Afandi dari PP Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
7. Khoirur Roziqin dari PP. Almusyaffa, Kendal Jateng.
Nominator kategori Pengolahan Pangan (PP) adalah:
1. Nasrudin dari PP. Entrepreneur, Girirejo, Tempuran, Magelang, Jateng.
2. Itroh Ariyasah dari PP. Darussalam Dukuhwaluh, Kembaran, Banyumas, Jateng.
3. Endah Nur H dari PP. Darussalam Dukuhwaluh, Kembaran, Banyumas, Jateng.
4. Ema Yakti Afifah dari PP. Darussalam Dukuhwaluh, Kembaran, Banyumas, Jateng.
5. Fatia Putri Hasna dari PP. Darussalam Dukuhwaluh, Kembaran, Banyumas, Jateng.
6. Luluk Makhnuniyah dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
7. Rizki Aliyah Arrohma dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
8. Siti Julaiha dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
9. M. Zainal Abidin dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
10. Makhfud Arifin dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim
11. Fatimatuz Zuhriyah Maulidevi dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
12. Khurin Insyafi‘ati dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
13. Nurul Qomariyah dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
Sedangkan nominator kategori Pertanian, Perikanan, serta Peternakan (PPP) adalah:
1. Moch. Purnomo dari PP. Minhajut Thullab, Krikilan, Banyuwangi, Jatim.
2. Dwi Cahyono dari PP. Minhajut Thullab, Krikilan, Banyuwangi, Jatim.
3. Taufiq Shidqi dari PP. Minhajut Thullab, Krikilan, Banyuwangi, Jatim.
4. Agifian Hanif Firdaus dari PP. Nurul Ummah, Kotagede, Yogyakarta.
5. Arief dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
6. Sohib dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
7. Aisyatul Widad dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
8. Feti Apriliyaputri dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
9. Lely Afzadia Alfarieza dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
10. Luluk Indah Lestari dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
11. Siti Hindun dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
12. Eviana Safitry dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
13. Asyita Almufidah dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.
14. Jumainah dari PP. Miftahul Ulum Alyasini, Areng-Areng Ngabar, Pasuruan, Jatim.

“Para nominator itu akan mempresentasikan karya tulis mereka di hadapan para juri. Mereka diharapkan dapat menerangkan kalkulasi modal dan peluang bisnis kewirausahaan yang mereka tawarkan dalam proposal,” tandas M. Saleh Ramli, Ketua Panitia Lomba Presentasi Bisnis Anugerah Wirasantri Mandiri 2012 GP. Ansor kepada NU Online, melalui telepon, Senin (9/7) sore.

Syaikhona Kholil Penentu Berdirinya NU

 
Judul: Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama
Penulis: RKH Fuad Amin Imron
Pengantar: Dr KH Said Aqil Siradj, MA
Editor: Nico Ainul Yakin
Penerbit: Kahlista, Surabaya
Cetakan: I, Juni 2012
Tebal: 228 hlm.
Peresensi: Ach. Tirmidzi Munahwan

Madura yang mayoritas penduduknya banyak orang mengatakan kehidupannya berada di bawah kemiskinan, berwatak keras, mata pencahariannya setiap hari sebagai petani, pedagang, dan mengadu nasib ke berbagai manca negara. Meskipun banyak orang yang cenderung mengartikan orang Madura dikenal mempunyai kepribadian kurang baik, identik dengan kekerasan, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Orang Madura juga mayoritas penduduknya adalah orang yang taat beragama, ramah, halus santun, seperti orang Madura yang ada di Kabupaten Sumenep. Semangat dan etos kerja yang pantang menyerah dan istiqamahnya dalam meraih cita-cita, adalah salah satu karakter yang dimiliki oleh Madura.

Pulau yang terdiri dari empat kabupaten, yakni Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep ini dikenal dengan tempat kediaman para raja dan kiai. Seperti Raja Sultan Abdurrahman (Asta Tinggi Sumenep), Raja Batu Ampar Pamekasan, dan salah satu kiai yang cukup fenomenal, yakni Syaikhona Kholil Bangkalan. Syaikhona Kholil ini, adalah keturunan dari para wali songo yakni, Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), dan bersambung hingga Rasulullah SAW. Maka tidak berlebihan jika banyak orang beranggapan bahwa, Syaikhona Kholil dikatakan seorang ulama dan gurunya para kiai se-Jawa dan Madura.

Sejumlah murid yang berhasil dicetak menjadi ulama besar oleh Syaikhona Kholil adalah, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari (Tebu Ireng Jombang), KH Wahab Hasbullah (Tambak Beras Jombang), KH Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), KH As’ad Syamsul Arifin (Sukorejo Situbondo), Kiai Cholil Harun (Rembang), Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai Abi Sujak (Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Usymuni (Sumenep), Kiai Abdul Karim (Lirboyo Kediri), Kiai Munawir (Krapyak Yogyakarta), Kiai Romli Tamim (Rejoso Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan). Dari sekian santri Syaikhona Kholil pada umumnya menjadi pengasuh pesantren dan tokoh NU seperti Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah. Bahkan Presiden pertama RI Soekarno, juga pernah berguru pada Syaikhona Kholil Bangkalan (hal.17-177).

Selain berhasil mencetak para santri-santrinya menjadi kiai, Syaikhona Kholil adalah salah satu kiai yang menjadi penentu berdirinya organisasi terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama yang disingkat (NU). Dalam proses pendiriannya para kiai NU tidak sembarangan mendirikan sebuah organisasi, dalam jangka dua tahun Kiai Hasyim Asy’ari melakukan shalat istikharah (minta petunjuk kepada Allah), untuk mendirikan sebuah organisasi yang mewadahi para pengikut ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Meskipun yang melakukan istkharah adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim As’ari, akan tetapi petunjuk (isyarah) tersebut tidak jatuh ke tangan Kiai Hasyim Asy’ari, melainkan isyarah tersebut melalui Syaikhona Kholil Bangkalan. Munculnya isyarah sebuah tongkat dan tasbih yang akan diberikan kepada Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari melalui perantara Kiai As’ad Syamsul Arifin, yang merupakan tanda akan berdirinya sebuah organisasi besar yakni jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam buku biografi lengkap Syaikhona Kholil Bangkalan ini, juga menceritakan beberapa kisah karomah Syaikhona yang terkadang sulit dijangkau oleh akal manusia. Seperti dalam kesaksian Kiai As’ad Syamsul Arifin, salah satu santri yang sekaligus menjadi khodim (pelayan) Syaikhona Kholil. Suatu ketika Kiai As’ad dipanggil oleh Syaikhona Kholil, diperintah untuk memberikan seutas tasbih dan bacaan asmaul husna “Ya Jabbar Ya Qohhar”, kepada Kiai Hasyim As’ari dan sekaligus memberikan uang 1 ringgit untuk bekal dalam perjalanan. Setelah memberikan uang sebagai bekal dalam perjalanan, tasbih pemberian Syaikhona Kholil akhirnya dikalungkannya kepada leher Kiai As’ad, lalu berangkatlah beliau ke Jombang. Dengan kekuasaan Allah, dalam perjalanan dari Bangkalan hingga sampai di Jombang uang pemberian Syaikhona Kholil tetap utuh. Kejadian ini menurut Kiai As’ad adalah bagian karamah yang dimiliki oleh Syaikhona Kholil Bangkalan.

Jika kita dicermati dengan seksama ternyata pendirian jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU), melalui proses waktu yang panjang. Dan proses berdirinya NU ini, menurut penulis tidak lepas dari perjuangan dan peran “Tokoh Empat Serangkai” yakni Syaikhona Kholil Bangkalan, Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah, dan Kiai As’ad Syamsul Arifin. Namun menurut penulis, penyebutan empat ulama tersebut bukan berarti menafikan peran penting ulama lainnya seperti, Kiai Nawawie Sidogiri Pasuruan, Kiai Ridwan Surabaya, dan Kiai Bisri Sansuri Jombang.

Penulis dan editor kurang selektif dan teliti dalam mengoreksi buku ini, banyak kepenulisan yang salah ketik yang tentunya akan mengganggu kepada pembaca. Namun buku ini tetap menarik untuk kita baca dan kita miliki. Dengan membaca buku Syaikhona Kholil Bangkalan ini, pembaca akan di ajak untuk meneladani perjuangan Syaikhona Kholil dan para ulama lainnya ketika melakukan proses berdirinya NU. Mengingat besar perjuangan para tokoh NU, dengan harapan warga NU khususnya para elit-elit NU mampu mengembalikan NU kepada jati dirinya, yaitu sebagai pengayom umat, penjaga pesantren, dan pengawal tradisi. NU bukanlah kendaraan berpolitik praktis yang tujuannya hanya untuk meraih kekuasaan dan jabatan. Wallahu a’lam


* Dosen Sekolah Tinggi Islam Blambangan (STIB) Banyuwangi

112 Cabang Ikuti Kongres Pagarnusa


 

Lamongan, NU Online
Kongres Pagarnusa kedua diikuti 24 wilayah dan 112 cabang. Acara akan dilaksanakan dari tangga 9 Juli sampai 12 Juli 2012, bertempat di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan-Jawa Timur.
“Utusan dari 24 propinsi dan 112 cabang sudah hadir. Selebihnya masih menunggu kehadiran peserta. Beberapa cabang masih dalam perjalanan,” kata Sekjen PP Pagarnusa Fathurrahman di sela persiapan pembukaan (9/7).

“Perkembangan Pagarnusa pasca diselenggarakannya Festival pencak silat di Bekasi beberapa bulan yang lalu, semakin menambah minat berapa perguruan pencak silat untuk berafiliasi dengan Pagarnusa,” jelasnya.

Fathurrahman mengatakan, semua persiapan acara dari mulai forum hingga penginapan sudah selesai disiapkan. Pengamanan juga mendapat perhatian khusus dalam acara tersebut. “Kami dari Pasukan Inti menerjunkan 10 pasukan inti I dan 10 Pasukan Inti II, yang masing-masing mempunyai Korlap” terang M. Yasin, panitia bagian keamanan.

Sementara itu, Ketua Umum PP. Pagarnusa Fuad Anwar berharap Pagarnusa ke depan dapat kembali ke khittah, yakni bermanfaat untuk kepentingn umat mewujudkan rasa aman, ketentraman dan keadilan.

Selasa, 29 Mei 2012

Pengumuman Seleksi Beasiswa ke Australia

 
Jakarta, NU Online
Sebagai tindak lanjut pendaftaran program beasiswa ke Australia, PBNU mengumumkan nama calon yang berhak mengikuti ujian yang diselenggarakan pada hari Jum’at, 11 Mei 2012 di gedung PBNU pukul 14.00 membawa kelengkapan administrasi. Materi ujian adalah ke-NU-an dan Test Potensi Akademik (TPA)

Formulir aplikasi harap didownload di http://australiaawardsindo.or.id dan diisi dengan tinta hitam serta dikumpulkan pada waktu ujian.

Kelengkapan administrasi yang harus dibawa
1. Copy akte kelahiran (x3)
2. Copy KTP (x3)
3. Curriculum Vitae (x3)
4. Hasil test IELTS or TOEFL, maksimal tahun 2011 (1 x asli dan 2 x copy)
5. Copy ijazah Universitas (x3)
6. Copy transkrip akademik (x3)
7. Pemohon untuk tingkat Masters harus menyertakan dokumen-dokumen S1;
8. Pemohon PhD harus menyertakan dokumen-dokumen S2
9. Pemohon PhD harus mendapat reverensi dari pembimbing di S2
10. Pemohon PhD harus menyertakan desain riset (halaman 7 formulir aplikasi)

Dokumen tambahan yang disyaratkan jika lolos dalam interview

1. Pas Foto (3cm x 4cm);
2. Terjemah dalam bahasa Inggris ijazah universitas
3. Terjemah dalam bahasa Inggris transkrip akademik
4. Publikasi ilmiah (jika ada)
5. Terjemah dalam bahasa Inggris akte kelahiran


Berikut peserta beasiswa S2 yang berhak mengikuti test
1. Mohamad Dliyaul Haq, Pati
2. M. Dhuha Aniqul Wafa, Rembang
3. Nooriyah Noorunnisa, Jepara
4. Asiyah Lu'lu’ul Husna, Ngoro Jombang
5. Mohammad Isna Wahyudi, Sleman Yogyakarta
6. Hj. Neneng Retna Kurnia, Batam Indonesia
7. Nur Utami Fauziyah, Rogojampi-  Banyuwangi
8. Mohammad Nadhir Muamar Cibiru Bandung
9. Mohammad Ibrahim Hamadani, Jakarta Pusat
10. Achmad Fawaid Paiton Probolinggo
11. Airin Islahiatin,  Gresik
12. Sulasmi Yogyakarta
13. Abdul Wafi, Pamekasan
14. Mohammad Ikhwanuddin Malang
15. Ashari Tuban
16. Alim Syariati, Ternate Maluku Utara
17. Lia Rosida NTB
18. Fatikhatul Khoeriyah Lampung Timur
19. Ahmad Tajudin Arafat Kudus
20. Aida Hidayah Demak
21. Neneng Bisyaroh Sidoarjo
22. Hamam Faizin Sleman
23. Endang Istianti Cengkareng Jakarta Barat
24. Muhammad Fadlullah Ponorogo
25. Nurhidayatulloh Sleman, DIY
26. Akhmad Qowi Rais Demak
27. Khairul Akhmad Lombok Tengah
28 Yuyun Wardatul ‘Uyun Malang
29. Mohammad Juahari Sofi Demak
30. Rosidah Dharmasraya- Sumatra Barat
31. Fiki Dzakiyati Pekalongan
32. Yunita Ratnasari Banyuwangi
33. Muhammad Nur Arifin Jepara
34. Lu’luatul Fuadiyah Kendal
35. Wahyu Dwi Warsitasari Trenggalek
36. Abd. Latif, Malang
37. Mochammad Ichsan Malang
38. Yeni Seprihatin Metro, Lampung
39. Karyadi Ngadirego Semarang
40. Fatriyatun Ni’mah Gresik
41. Umi Nadziroh Grobogan
42. Fatkhur Rahman Lamongan
43. Siti Maspuah Fitrianingsih Rembang Jawa Tengah
44. Ajar Pradika Ananta Tur Kebumen
45. Ahmad Jamalul Fuad Tuban
46. Asmar Riska Noor Viana Jombang
47. Mokh. Afifuddin Pasuruan
48. Hendra Hidayat Kota Depok
49. Atik Muttaqin Sleman Yogyakarta
50. Mohammad Kholis Khamdy Tambora Jakarta Barat
51. Moh. Nurul Shobah Tanah Abang Jakarta Pusat,
52. Isye Rahman Ciampea Bogor
53. Siti Chalimatus Sa’diyah Lamongan
54. Abu Ali Al-Khusain Demak Jawa Tengah
55. Mohammad Shohibussirri Ciputat Kota Tang-Sel
56. Afroni Pemalang
57. Dwi Ike Kurniawati Gresik
58. Ahmad Yusuf Purnama Pandeglang
59. Imas Istiani, Kuningan Jawa Barat
60. Vina Risa, Lemah Abang Sindanglaut Cirebon
61. Akhmad Munir Jember
62. Abdur Rofik Pemalang
63. Rika Susanti Depok, Sleman
64. Abdur Rosyid Jombang
65. Tantri Sundari Tulungagung
66. Faza Nailul Muziya Lamongan
67. Ahmad Nurul Furqon  Kp Rambutan Ciracas Jakarta Timur
68. Ratih Febrina Dwiyanti Probolinggo
69. Hartanti  Panggungharjo Sewon Bantul
70. M. Tolkhah Adityas Turi, Sleman
71. Mohamad Wildan Albi Magelang
72. Hasna Wihdatun Nikmah Mranggen Demak
73. Hernalia Citra Dewi Cileungsi Bogor
74. Siti Aisyah Farhatin Gunungputri Bogor
75. Ade Rizki NurbaetyKlapa Nunggal-Kab. Bogor
76. Hidayatur Rohmah Pasuruan
77. Lailiyatus Sa’diyah Gendeng, Yogyakarta
78. Izzatin Kamala Pati Jawa Tengah
79. Nur Azizah Ulya Pati
80. Khuslan Shodiq Solokuro Lamongan
81. Emha Paisal Umari. Oebobo, Kota Kupang
82. Naillul Hana Laweyan Solo
83. Ahmad Nurcholies Kadupandak Banten
84. Imma Rohmawati Bandung
85. Komarudin A Banyuwangi
86. Nurul Prihantini Kedungrojo Plumpang Tuban
87. Etika Madang Raya Oku Timur Sum-sel
88. Imam Azro’i Rembang Jawa Tengah
89. Devi Tamlikho, Karangrejo, Tulungagung
90. M. Happy Nur Tsani Kedungbanteng Purwekerto Kab. Banyumas
91. M. Syafaudin Montong
92. Lina Hasnawati  Mranggen Demak
93. Lia Arief Muftiah Semarang
94. Abdul Somad Ciwaringin Cirebon
95. Rohmad Saleh Sukaadana Timur Lampung Timur
96. Heru Supatra Wringin Semarang
97. Dewi Rini Anggraeni Kebon Jeruk Jakarta Barat
98. Mufty Shulthony Cisarua Bogor
99. Kharis Mudakir Yogyakarta
100. Sigit Santoso Sukoharjo
101. Mohammad Ana Zamzami Sumbergempol,Tulungagung
102. Faida Guluk-Guluk Sumenep
103. Ulfatuzzuhroh Tegalsari, Banyuwangi
104. Muhamad Ibrahim Hamdani Jakarta Pusat
105. Zuli Ngafifah Garum Blitar
106. Siti Aisyah Farhatin Gunungputri Bogor
107. Suparzan Pemenang Lombok Utara
108. Ahmad Faisal Serang Banten
109. Lina Machwiyyah Sragen
110. Fajar Hamzah Makasar
111. Muhamad Nurcholis Ngawi
112. Agus Ahmad Suaidi Salatiga
113. Abra Puspa Ghani Talattov Pejaten Timur Jakarta
114. Dwi Prapti Asih Cilegon Banten
115. Muhammad Shofin Soegito Pisangan Barat Ciputat Tangerang
116. Desy Tahmila Pratama Cilangkap Cipayung Jakarta Timur
117. Ana Ainiyatul Farihah Banyakan Kediri
118. Febri Falasifa Karawaci Baru Tangerang Banten
119. Imam Muhtarom Pejaten Barat Pasar Minggu JakSel
120. Maimun Syah Cadek Permai Aceh Besar
121. Maslihatul Bisriyah UIN Malang


Peserta test beasiswa S3


1. Rachmat Hidayat Jember
2. Muhidin Purwakarta Jawa Barat
3. Andrian Aziz Widodo Rawalumbu, Bekasi
4. Muhammad Yunus Manyaran Gresik
5. Mohammad Hasan Basri Palengaan Pamekasan
6. Yenni Luthfiana Ngering, Gempol Kab.Pasuruan
7. Moch. Saefullah Tuban
8. Farnia Sari Pisangan kec. Ciputat Timur
9. Achmad Badrun Kurnia Tembelang Jombang
10. Dian Ferricha Blitar
11. Nur Akhlis Pare Kediri
12. Habib Sulton Asnawi Seputih Jaya, Bandar Lampung
13. Haryadi Nganjuk
14. Salamet Herianto Sumenep
15. Mohammad Hadi Makmur Sumbersari Jember
16. Linda Dwi Erianti Sumbersari Jember
17. Mohammad Chusnul Khitam Lamongan
18. Wakhit HasimTelon, Cirebon
19. Irul Hidayati Krian Sidoarjo
20. Kamarudin Sumenep
21. Siti Nurul Hidayah Trenggalek
22. Syariati Alim Ternate Maluku Utara
23. Suci HanifahKaliuarang Jogjakarta
24. Siti Aimah Banyuwangi
25. Muhammad Hatta Banda Aceh
26. Mohammad Ahmad Fulka Sa’dibih Widang Kab. Tuban
27. Ahmad Nuttaqin Abdul Hamid Arjawinangun Cirebon
28. Naeli Rosyidah Banyumas
29. Suci Hanifah Harjobinangun, Pakem
30. Sutomo Malang
31. Agus Ihwan Mahmudi PKT Bontang
32. Fahrur Rozi Kroya Cilacap
33. Mohamad Syukron Mantri Jeron Yogyakarta
34. Nur Habibi, Kebon Jeruk
35. Fatkhullah Munadi Pemurus Luar Banjarmasin
36. Ahmad Anfasul Marom Bojonegoro
37. Ahmad Zayadi Probolinggo
38. Haryono Yogyakarta
39. Zaenal Arifin Pogalan Trenggalek
40. Misbahul MunirKarangsari Tuban
41. Uswah Hasan Wonosobo
42. Yusuf Suharto Jombang
43. Hatta Abdul Malik Semarang
44. Ibnu Fikri Kendal
45. Jisman Majid Ternate Maluku  
46. Ali Ashari Malang
47. Abdul Gofur Indramayu
48. Anis Fuadhah Ponggok Blitar
49. Hasan Demak
50. Fatkhur RazhiSurabaya
51  Jisman Majid Ternate  Maluku Utara

Mewaspadai Aliran Salafi, Wahabi, Dan Hizbut Tahrir


 
Judul: Benteng Ahlussunnah Wal Jama’ah (Menolak Faham Salafi, Wahabi, MTA, Hizbut Tahrir Dan LDII)
Penulis : Nur Hidayat Muhammad
Pengantar: Shofiyullah Mukhlas Lc., M.A.
Penerbit: Nasyrul Ilmi, Kediri
Cetakan: I, April 2012
Tebal: xvi + 288 hlm.
Peresensi: Ach. Tirmidzi Munahwan

Akhir-akhir ini yang menjadi tantangan bagi warga NU adalah maraknya aliran-aliran baru yang menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Aliran-aliran tersebut seperti, Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA), Syi’ah, Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Salafi Wahabi, dan Hizbut Tahrir (HTI). Dari beberapa kelompak dan aliran ini, ajaran amaliahnya jauh berbeda dengan apa yang selama ini menjadi tradisi di kalangan warga nahdliyin. Bahkan mereka memvonis akidah amaliah warga NU seperti, tahlilan, yasinan, shalawatan, adalah perbuatan bid’ah, dan diharamkan melakukannya.

Melalui buku “Benteng Ahlusunnah Wal Jama’ah”, Menolak Faham Salafi, Wahabi, MTA, LDII, dan Hizbut Tahrir yang ditulis oleh Nur Hidayat Muhammad ini, kita bisa mengenali seperti apa kondisi aliran tersebut yang saat ini telah berkembang besar di Indonesia, baik dari segi proses kelahirannya maupun sikap mereka terhadap para ulama. Kita tahu gerakan-gerakan mereka hanya berbekal dalil sekenanya saja, mereka mengklaim telah memahami ajaran Rasulullah dengan semurni-murninya, padahal dalilnya adalah palsu dan tidak rasional. Mereka sebenarnya tidak memahami isi al-Qur’an dan hadits, apalagi hingga menafsirkannya.

Munculnya beberapa aliran seperti, Salafi Wahabi dan Hizbut Tahrir di Indonesia bukanlah mendamaikan umat Islam justru perpecahan yang terjadi dikalangan umat Islam. Islam melarang melakukan perbuatan kekerasan dan perpecahan, Islam adalah agama yang ramah, santun, yang menjunjung perdamaian, persaudaraan antar sesama. Salafi Wahabi adalah kelompok yang mengusung misi modernisasi agama dan perintisnya adalah Muhammad bin Abdil Wahhab di Nejd. Beliau adalah pengikut madzhab Imam Ahmad, akan tetapi dalam berakidah beliau mengikuti Ibnu Taimiyah.

Ajaran Salafi Wahabi adalah, mengkafirkan sufi Ibnu Arabi, Abu Yazid al-Bustani. Mudah mengkafirkan muslim lain. Memvonis sesat kitab “Aqidatul Awam, dan Qashidah Burdah. Mengkafirkan dan menganggap sesat pengikut Mazdhab Asy’ari dan Maturidiyyah. Merubah beberapa bab kitab-kitab ulama klasik, seperti kitab al-Adzkar an-Nawawi. Mereka menolak perayaan Maulid Nabi Muhammad karena menganggap acara tersebut sebagai acara bid’ah, dan perbuatan bid’ah menurut mereka adalah sesat semuanya. mereka menilai acara yasinan tahlilan adalah ritual bi’ah, padahal kedua amalan tersebut tidak bisa dikatakan melanggar syari’at, karena secara umum bacaan dalam susunan tahlil ada dalil-dalilnya baik dari al-Qur’an dan al-Hadits seperti yang sudah disampaikan oleh para ulama-ulama terdahulu. Dan mereka menolak kitab “Ihya’ Ulumuddin” karya Imam al-Ghazali (hal.24-25).

Aliran dan gerakan yang akhir-akhir ini berkembang di Indonesia, adalah Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir sebetulnya adalah nama gerakan atau harakah Islamiyyah di Palestina dan bukan sebuah aliran, atau lembaga strudi ilmiyah, atau lembaga sosial. Mereka hanyalah organisasi politik yang berideologi Islam dan berjuang untuk membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan, membebaskan umat dari ide-ide dan undang-undang kufur, membebaskan mereka dari cengkeraman-cengkeraman dominasi negara-negara kafir dan mendirikan kembali sistem khilafah dan menegakkan hukum Allah dalam realita kehidupan.

Gerakan yang muncul pertama kali di Quds Palestina ini, selain mengusung konsep khilafah kubra, juga menolak sistem pemerintahan demokrasi yang dianut sebagian besar negara di dunia. Tujuan besar mereka adalah memulai kehidupan Islami dengan cara menancapkan tonggak-tonggak Islam di bumi Arab baru kemudian merambah khilafah Islamiyah (hal.33).

Adapun konsep mazdhab Hizbut Tahrir adalah, ingkar akan kebenaran dan adzab kubur. Membolehkan mencium wanita bukan istri baik dengan syahwat atau tidak. Tidak percaya akan munculnya Dajjal diakhir zaman. Hadits ahad tidak boleh dijadikan dalil dalam akidah. Dan membolehkan negara Islam menyerahkan pajak kepada negara kafir.

Dengan membaca buku ini anda akan diajak untuk mengenali beberapa aliran yang ada di Indonesia serta aspek-aspek kesesatannya yang telah menyimpang dari ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Buku ini terdiri dari tiga bab pertama, menjelaskan aliran-aliran yang berkembang di Indonesia seperti, Ahmadiyah, LDII, MTA, Ingkar Sunnah, Salafi Wahabi, Syi’ah, HTI, Muhammadiyyah, dan Ahlusunnah Wajjama’ah. Kedua, membantah tuduhan wahabi dan MTA. Ketiga, tanya jawab seputar tarekat sufi, sebagai penegas amaliah tarekat sufi yang tidak bertentangan dengan syari’at. Buku ini diharapkan sebagai benteng warga NU dari serangan aliran-aliran dan faham yang saat ini marak dan berbeda dengan mayoritas umat Islam pada umumnya.

Tentang Tahlilan dan Dalilnya

Secara lughah tahlilan berakar dari kata hallala (هَلَّلَ) yuhallilu ( يُهَلِّلُ ) tahlilan ( تَهْلِيْلاً ) artinya adalah membaca “Laila illallah.”  Istilah ini kemudian merujuk pada sebuah tradisi membaca kalimat dan doa- doa tertentu yang diambil dari ayat al- Qur’an, dengan harapan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang meninggal dunia. Biasanya tahlilan dilakukan selama 7 hari dari meninggalnya seseorang, kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya. Begitu juga tahlilan sering dilakukan secara rutin pada malam jum’at dan malam-malam tertentu lainnya.Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. Berdasarkan beberapa dalil, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya;
عَنْ سَيِّدِنَا مَعْقَلْ بِنْ يَسَارْ رَضِيَ الله عَنْهُ اَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ : يس قَلْبُ اْلقُرْانْ لاَ يَقرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ اْلاَخِرَة اِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ اِقْرَؤُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ )رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ, اِبْنُ مَاجَهْ, اَلنِّسَائِى, اَحْمَدْ, اَلْحَكِيْم, اَلْبَغَوِىْ, اِبْنُ اَبِىْ شَيْبَةْ, اَلطَّبْرَانِىْ, اَلْبَيْهَقِىْ, وَابْنُ حِبَانْ
Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda : surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu Dawud, dll)
Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa
وَيُسْتَحَبُّ اَنْ يُقرَاءَ عِندَهُ شيْئٌ مِنَ اْلقرْأن ,وَاِنْ خَتمُوْا اْلقرْأن عِنْدَهُ كَانَ حَسَنًا
Bahwa, disunahkanmembacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.
Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’-nya menerangkan bahwa tidak hanya tahlil dan do’a, tetapi juga disunahkan bagi orang yang ziarah kubur untuk membaca ayat-ayat al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdo’a untuk mayit.
Begitu juga Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa, dalil yang dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala kepada mayit adalah bahwa, Rasulallah saw pernah membelah pelepah kurma untuk ditancapkan di atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda “Semoga ini dapat meringankan keduanya di alam kubur sebelum pelepah ini menjadi kering”.
Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja dapat meringankan beban si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur’an dari sanak saudara dan teman-temannya Tentu saja bacaan-bacaan al-Qur’an dan lainlainnyaakan lebih bermanfaat bagi si mayit.
Abul Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan

وَاِن قرَأَ الرَّجُلُ وَاَهْدَى ثوَابَ قِرَأتِهِ لِلْمَيِّتِ جَازَ ذالِكَ وَحَصَلَ لِلْمَيِّتِ اَجْرُهُ
Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.
KH. Abdul Manan A.Ghani (Ketua Lembaga Ta'mir Masjid PBNU)

Gedung PBNU II Diresmikan

 
Jakarta, NU Online - Gedung baru untuk operasional Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Senin, 27 Februari 2012, diresmikan. Keberadaan gedung baru ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja organisasi untuk terus menjalankan syiar Islam ala Ahlus Sunah wal Jamaah, serta bersama-sama Pemerintah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memberdayakan masyarakat.

 
Gedung baru yang berlokasi di Jl. Taman Amir Hamzah No. 5, Menteng, Jakarta Pusat, ini dibangun sejak kepengurusan NU dipimpin oleh KH. Hasyim Muzadi dan secara keseluruhan menelan biaya Rp 4,8 Miliar. Gedung berlantai empat ini nantinya akan menjadi tempat operasional sejumlah lembaga dan lajnah, serta badan otonom yang sebelumnya tidak tertampung di Gedung PBNU, Jl. Kramat Raya.

“Gedung lama sudah terlalu sesak, makanya dibangunkan yang baru. Semoga gedung baru ini bisa menjadikan kinerja lembaga, lajnah dan badan otonom semakin baik,” kata Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dalam sabutannya.

Gedung baru ini juga diharapkan bisa mempertahankan kinerja NU dalam membantu pemberdayaan masyarakat yang memang dalam pelaksanaannya, Pemerintah harus menggandeng civil society. NU, ditegaskan oleh Kiai Said, akan terus mendukung Pemerintah, namun juga tak segan memberikan kritik jika pelaksanaan pemerintahan dinilai mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

“Kepentingan dan kesejahteraan rakyat harus terus diutamakan. NU akan selalu mendukung jika kebijakan Pemerintah pro rakyat, tapi juga akan menkritik dengan cara-cara yang santun jika kebijakan itu melenceng,” tegas Kiai Said.

Peresmian gedung tersebut  terasa lebih istimewa setelah sejumlah kiai sepuh hadir, di antaranya Wakil Rois Aam PBNU KH. Mustofa Bisri dan KH. Masduki Mahfud dari Malang, Jawa Timur. Tamu undangan lain yang hadir dalam kegiatan tersebut adalah mantan Wakil Presiden H.M Jusuf Kalla, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Helmi Faisal, Menteri Perumahan Rakyat Djan Farid, Wakil Menteri Kesehatan dan sejumlah pejabat lainnya.

Sementara dari kalangan pengusaha yang turut hadir adalah Oesman Sapta Odang dan Hans Haryanto dari Bandung.

 

Jumat, 20 April 2012

Kecamatan Bershalawat GP ANSOR bersama Djarum Coklat



Tanggal 06 Mei 2012 akan diadakan Kecamatan Bersholawat GP ANSOR Bersama Djarum Coklat yang bertempat di Mesjid Jami Miftahul Huda Desa Situmandala. Kepada semua warga Nahdliyin khususnya umumnya Muslimin wal Muslimat se-kecamatan Rancah dan sekitarnya mohon partisipasinya demi kelancaran acara tersebut. Semoga niat baik ini menjadi wasilah untuk mendapat syafaat dari baginda Nabi Muhammad SAW. Amin. Wallahulmuwaffiq ila Aqwamittharieq Wassalamualaikum Wr. Wb. 

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls